UX: Jantung Digital yang Bikin Pengunjung Betah

Artikel ini dibuat dengan Penulis Pro dari Ratu AI

UX

Pengalaman pengguna (UX) telah menjadi elemen sentral, layaknya jantung, dalam ekosistem digital saat ini. Bukan lagi sekadar estetika, UX secara fundamental menentukan bagaimana pengguna berinteraksi, merasakan, dan akhirnya, apakah mereka akan kembali atau tidak ke sebuah platform digital. Dalam lanskap digital yang kompetitif, kemampuan untuk membuat pengunjung “betah” atau terlibat secara mendalam adalah kunci keberhasilan, dan UX memegang peranan krusial dalam mencapai tujuan tersebut [5].

Kualitas UX yang superior tidak hanya meningkatkan kepuasan pengguna tetapi juga secara langsung berdampak pada metrik bisnis penting seperti konversi, retensi, dan loyalitas pelanggan [12]. Oleh karena itu, memahami esensi UX dan bagaimana ia bekerja sebagai “jantung digital” menjadi sangat penting bagi siapa saja yang ingin membangun kehadiran digital yang sukses dan berkelanjutan.

Poin-poin Penting

  • Pengalaman Pengguna (UX) adalah elemen sentral yang menentukan keseluruhan persepsi dan interaksi pengguna dengan produk digital, mencakup aspek fungsional dan emosional [2], [6].
  • UX yang superior berperan vital dalam memikat dan mempertahankan pengunjung, meningkatkan metrik penting seperti keterlibatan pengguna, dwell time, dan loyalitas, serta secara langsung memengaruhi keberhasilan bisnis [5], [13], [19].
  • Kerangka kerja HEART (Happiness, Engagement, Adoption, Retention, Task Success) dari Google menawarkan pendekatan terstruktur untuk mengukur dan meningkatkan berbagai aspek pengalaman pengguna secara berkelanjutan [1], [4].
  • Implementasi UX yang sukses dan perannya sebagai fondasi transformasi digital menekankan pentingnya desain yang berpusat pada manusia, kesederhanaan, konsistensi, dan iterasi berkelanjutan untuk menciptakan produk yang benar-benar melayani kebutuhan pengguna [3], [7], [18].

Pengertian UX: Denyut Nadi Pengalaman Pengguna

Pengalaman pengguna (UX) merujuk pada keseluruhan persepsi dan perasaan seseorang saat menggunakan produk, sistem, atau layanan digital [2]. Ini bukan hanya tentang seberapa cantik tampilan sebuah aplikasi atau situs web, melainkan mencakup setiap aspek interaksi pengguna, mulai dari kemudahan navigasi, efisiensi dalam menyelesaikan tugas, hingga kepuasan emosional yang didapatkan [2], [6]. UX mencakup semua interaksi pengguna dengan perusahaan, layanannya, dan produknya [2]. Tujuan utama dari desain UX adalah untuk menciptakan pengalaman yang mudah, efisien, relevan, dan menyenangkan secara keseluruhan bagi pengguna [2]. Ini berarti designer UX harus mempertimbangkan Mengapa (motivasi pengguna), Apa (fungsionalitas), dan Bagaimana (aksesibilitas dan estetika) sebuah produk dibuat [2].

Dalam konteks digital, UX seringkali disandingkan dengan Antarmuka Pengguna (UI). Meskipun berkaitan erat, keduanya berbeda. UI lebih fokus pada aspek visual dan interaktif—bagaimana produk terlihat dan terasa—seperti tata letak tombol, pilihan warna, dan tipografi [2]. Sementara itu, UX adalah konsep yang lebih luas, mencakup UI sebagai salahsatu komponennya, ditambah dengan arsitektur informasi, desain interaksi, usabilitas, riset pengguna, dan strategi konten [2]. Sebuah produk bisa memiliki UI yang menarik secara visual, namun jika alur penggunaannya membingungkan atau sulit, maka pengalaman penggunanya akan buruk. Sebaliknya, UX yang baik memastikan bahwa produk tidak hanya terlihat bagus tetapi juga berfungsi dengan baik, intuitif, dan memenuhi kebutuhan pengguna secara efektif [5]. Ini melibatkan pemahaman mendalam tentang pengguna, apa yang mereka butuhkan, apa yang mereka hargai, serta kemampuan dan keterbatasan mereka [2]. Dengan demikian, UX berfungsi sebagai denyut nadi yang mengukur kesehatan interaksi antara pengguna dan produk digital, memastikan setiap “detak” interaksi memberikan nilai dan kepuasan. Kualitas UX yang baik adalah kunci untuk membuat pengunjung betah dan terus kembali [5], [12].

Peran Vital UX dalam Memikat dan Mempertahankan Pengunjung Situs

Dalam dunia digital yang sangat kompetitif, memikat perhatian pengunjung dan, yang lebih penting, mempertahankan mereka agar tetap “betah” adalah tantangan utama. Di sinilah peran vital pengalaman pengguna (UX) menjadi sangat menonjol [5]. UX yang dirancang dengan baik berfungsi sebagai magnet yang menarik pengguna untuk datang dan perekat yang membuat mereka enggan pergi. Ketika pengunjung pertama kali mendarat di sebuah situs web atau aplikasi, kesan pertama sangatlah krusial. Jika navigasinya membingungkan, informasi sulit ditemukan, atau waktu muatnya terlalu lama, besar kemungkinan mereka akan segera meninggalkan platform tersebut—fenomena yang dikenal sebagai bounce rate tinggi. Sebaliknya, UX yang intuitif, responsif, dan menyenangkan akan segera memberikan nilai positif, mendorong pengguna untuk menjelajah lebih jauh [5].

Keterlibatan pengguna (user engagement) adalah salah satu metrik utama yang dipengaruhi secara langsung oleh kualitas UX [13]. Pengalaman yang mulus dan memuaskan akan meningkatkan waktu yang dihabiskan pengguna di situs (dwell time) [19], frekuensi kunjungan, dan kedalaman interaksi. Misalnya, dalam konteks majalah digital, UX yang superior memastikan pembaca dapat dengan mudah bernavigasi antar artikel, menikmati konten multimedia tanpa hambatan, dan merasa nyaman membaca untuk periode yang lama [12]. Demikian pula, aplikasi media sosial dirancang dengan UX yang sangat cermat untuk mendorong interaksi berkelanjutan, bahkan hingga tingkat yang bisa membuat ketagihan, melalui notifikasi, alur konten yang tak berujung, dan kemudahan berbagi [10].

Lebih jauh lagi, UX yang positif membangun kepercayaan dan loyalitas. Pengguna yang merasa dipahami dan kebutuhannya terpenuhi akan lebih cenderung kembali, melakukan transaksi, dan bahkan merekomendasikan platform tersebut kepada orang lain. Ini berarti UX tidak hanya berdampak pada metrik keterlibatan tetapi juga pada tujuan bisnis yang lebih luas seperti konversi dan retensi pelanggan [1]. Dengan menyediakan pengalaman yang berharga dan tanpa gesekan, perusahaan dapat mengubah pengunjung biasa menjadi pelanggan setia. Oleh karena itu, investasi dalam UX adalah investasi dalam keberlanjutan dan pertumbuhan bisnis digital di era modern, menjadikannya jantung dari strategi digital yang sukses [7], [15]. UXที่ dirancang dengan baik akan memastikan pengguna tidak hanya datang tetapi juga tinggal, berinteraksi, dan akhirnya menjadi pendukung setia produk atau layanan tersebut.

Elemen Kunci UX yang Membangun Koneksi Emosional dengan Pengguna

Membangun koneksi emosional dengan pengguna adalah salah satu tujuan tertinggi dari desain pengalaman pengguna (UX), karena emosi memainkan peran signifikan dalam pengambilan keputusan dan pembentukan loyalitas. Beberapa elemen kunci UX berkontribusi dalam menciptakan ikatan ini. Pertama, usabilitas adalah fondasi dasar. Sebuah produk yang mudah digunakan, intuitif, dan memungkinkan pengguna mencapai tujuan mereka tanpa frustrasi akan menimbulkan perasaan kompeten dan puas [2]. Jika pengguna merasa cerdas dan efisien saat menggunakan produk, ini adalah langkah awal menuju koneksi positif. Sebaliknya, pengalaman yang membingungkan atau penuh hambatan akan menciptakan emosi negatif seperti jengkel dan tidak berdaya.

Kedua, estetika dan desain visual (UI) yang menarik secara signifikan mempengaruhi persepsi pengguna. Meskipun fungsionalitas adalah raja, tampilan yang menyenangkan dan sesuai dengan merek dapat membangkitkan emosi positif dan meningkatkan kepercayaan [2]. Desain yang kohesif dan profesional memberikan kesan bahwa produk tersebut dapat diandalkan dan dibuat dengan baik. Penggunaan warna, tipografi, dan citra yang tepat dapat membangkitkan suasana hati tertentu dan memperkuat identitas merek [8].

Ketiga, desain interaksi yang responsif dan memberikan umpan balik yang jelas membuat pengguna merasa didengarkan dan memegang kendali. Animasi halus, transisi yang mulus, dan pesan konfirmasi yang tepat waktu dapat mengubah interaksi biasa menjadi pengalaman yang menyenangkan [2]. Ketika sistem merespons dengan cara yang diharapkan dan bahkan melampaui ekspektasi dengan sentuhan kecil yang menyenangkan (delightful details), ini dapat memicu emosi positif. Ini adalah bagian dari apa yang disebut sebagai “heart work” dalam UX, di mana desainer berusaha memahami dan berempati dengan pengguna pada tingkat yang lebih dalam [11].

Keempat, konten yang relevan dan personalisasi dapat membuat pengguna merasa dipahami dan dihargai. Menyajikan informasi atau fitur yang sesuai dengan kebutuhan dan preferensi individu menunjukkan bahwa platform peduli dengan pengalaman unik mereka. Hal ini bisa berupa rekomendasi produk yang dipersonalisasi, konten yang disesuaikan dengan riwayat interaksi, atau bahkan sapaan nama.

Terakhir, aksesibilitas yang memastikan produk dapat digunakan oleh semua orang, termasuk mereka dengan disabilitas, mengirimkan pesan inklusivitas dan kepedulian [3]. Merasa bahwa sebuah produk dirancang dengan mempertimbangkan kebutuhan beragam pengguna dapat menumbuhkan rasa hormat dan apresiasi. Dengan menggabungkan elemen-elemen ini secara harmonis, UX dapat melampaui fungsionalitas semata dan membangun jembatan emosional yang kuat, membuat pengguna tidak hanya “betah” tetapi juga merasa terhubung secara personal dengan produk digital tersebut.

Mengukur Kesehatan UX: Kerangka Kerja HEART dari Google

Untuk memastikan bahwa upaya desain UX benar-benar memberikan dampak positif dan membuat pengunjung “betah”, penting untuk memiliki cara mengukur “kesehatan” pengalaman pengguna tersebut. Salah satu kerangka kerja yang populer dan efektif untuk tujuan ini adalah HEART Framework yang dikembangkan oleh Google [1], [9]. Kerangka kerja ini membantu tim produk untuk mengukur pengalaman pengguna dalam skala besar dan menghubungkannya dengan tujuan bisnis. HEART adalah akronim dari lima kategori metrik: Happiness (Kebahagiaan), Engagement (Keterlibatan), Adoption (Adopsi), Retention (Retensi), dan Task Success (Keberhasilan Tugas) [1], [4].

Happiness (Kebahagiaan) mengukur sikap pengguna terhadap produk, seringkali dikumpulkan melalui survei. Metrik umum termasuk skor kepuasan pengguna (CSAT), Net Promoter Score (NPS), atau persepsi kemudahan penggunaan [1], [17]. Ini memberikan pandangan subjektif tentang bagaimana perasaan pengguna saat berinteraksi dengan produk.

Engagement (Keterlibatan) menilai seberapa sering dan seberapa dalam pengguna berinteraksi dengan produk. Ini bisa diukur dengan berbagai cara, tergantung pada sifat produk, seperti frekuensi kunjungan per pengguna per minggu, jumlah foto yang diunggah per hari, atau waktu yang dihabiskan di aplikasi [1], [13]. Metrik ini menunjukkan seberapa “lengket” produk tersebut bagi penggunanya.

Adoption (Adopsi) melacak jumlah pengguna baru yang mulai menggunakan produk atau fitur tertentu dalam periode waktu tertentu [1]. Ini penting untuk memahami pertumbuhan basis pengguna dan keberhasilan peluncuran fitur baru. Misalnya, jumlah akun yang dibuat dalam 7 hari terakhir atau persentase pengguna yang menggunakan fitur baru setelah diluncurkan.

Retention (Retensi) mengukur seberapa banyak pengguna yang kembali menggunakan produk setelah periode waktu tertentu [1]. Tingkat retensi yang tinggi menunjukkan bahwa produk memberikan nilai berkelanjutan. Metriknya bisa berupa persentase pengguna aktif dari kohor tertentu yang kembali setelah X hari atau tingkat churn (pelanggan yang berhenti).

Task Success (Keberhasilan Tugas) berfokus pada efisiensi dan efektivitas pengguna dalam menyelesaikan tugas-tugas inti dalam produk [1]. Ini mencakup metrik seperti waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas, persentase penyelesaian tugas, atau tingkat kesalahan saat melakukan tugas [17]. Ini memberikan gambaran objektif tentang seberapa baik produk membantu pengguna mencapai tujuan mereka.

Untuk setiap kategori dalam HEART, Google merekomendasikan proses Goals-Signals-Metrics [1], [14]. Goals adalah tujuan tingkat tinggi yang ingin dicapai. Signals adalah indikator bahwa tujuan tersebut tercapai (atau tidak). Metrics adalah cara kuantitatif untuk mengukur sinyal tersebut [17]. Dengan pendekatan ini, tim dapat memilih metrik yang paling relevan untuk produk dan tujuan spesifik mereka, memastikan bahwa pengukuran UX tidak hanya komprehensif tetapi juga dapat ditindaklanjuti untuk perbaikan berkelanjutan.

Implementasi UX yang Sukses: Prinsip Desain yang Efektif

Implementasi UX yang sukses bukanlah hasil kebetulan, melainkan buah dari penerapan prinsip-prinsip desain yang efektif dan proses yang berpusat pada pengguna. Kunci utamanya adalah pemahaman mendalam terhadap siapa pengguna Anda, apa kebutuhan mereka, dan bagaimana mereka akan berinteraksi dengan produk atau layanan digital Anda [2]. Salah satu prinsip fundamental adalah desain yang berpusat pada pengguna (User-Centered Design). Ini berarti setiap keputusan desain, mulai dari konsep awal hingga detail terkecil, harus didasarkan pada kebutuhan dan preferensi pengguna, bukan asumsi desainer atau kepentingan internal perusahaan semata. Proses ini biasanya melibatkan riset pengguna yang ekstensif, seperti wawancara, survei, dan pembuatan persona pengguna.

Prinsip penting lainnya adalah kesederhanaan dan kejelasan. Produk digital yang sukses seringkali adalah produk yang mudah dipahami dan digunakan tanpa memerlukan instruksi yang rumit [3]. Ini berarti antarmuka harus intuitif, navigasi harus logis, dan informasi harus disajikan dengan cara yang jelas dan ringkas. Pengguna harus dapat mencapai tujuan mereka dengan sesedikit mungkin langkah dan upaya kognitif. Contohnya, dalam desain antarmuka layanan kesehatan jarak jauh (telehealth), kesederhanaan menjadi krusial untuk memastikan pasien dari berbagai usia dan tingkat keahlian teknologi dapat menggunakannya dengan mudah, terutama dalam situasi yang mungkin sudah menimbulkan stres [3].

Konsistensi juga memegang peranan vital. Elemen desain seperti tata letak, ikonografi, terminologi, dan pola interaksi harus konsisten di seluruh platform. Konsistensi membantu pengguna membangun model mental tentang cara kerja produk, sehingga mereka dapat mentransfer pengetahuan dari satu bagian aplikasi ke bagian lainnya, mengurangi kurva belajar dan meningkatkan efisiensi [2].

Selanjutnya, memberikan umpan balik (feedback) yang tepat waktu dan informatif kepada pengguna sangat penting. Pengguna perlu tahu apa hasil dari tindakan mereka, apakah sistem sedang bekerja, atau jika terjadi kesalahan. Umpan balik ini bisa berupa perubahan visual, pesan status, atau notifikasi. Tanpa umpan balik yang jelas, pengguna bisa merasa bingung atau frustrasi.

Iterasi dan pengujian pengguna adalah komponen tak terpisahkan dari implementasi UX yang sukses. Desain jarang sekali sempurna pada percobaan pertama. Oleh karena itu, penting untuk membuat prototipe, mengujinya dengan pengguna sungguhan, mengumpulkan masukan, dan kemudian melakukan perbaikan berdasarkan temuan tersebut [1]. Siklus iteratif ini membantu mengidentifikasi dan memperbaiki masalah usabilitas sejak dini, sebelum produk diluncurkan secara luas. Banyak perusahaan besar menggunakan pendekatan ini, seperti yang terlihat pada berbagai contoh produk dengan UX yang baik, di mana kemudahan penggunaan dan fokus pada kebutuhan pengguna menjadi prioritas [20]. Dengan menerapkan prinsip-prinsip ini secara konsisten, perusahaan dapat menciptakan pengalaman digital yang tidak hanya fungsional tetapi juga menyenangkan, yang pada akhirnya akan membuat pengunjung betah dan setia.

UX sebagai Fondasi Transformasi Digital yang Berpusat pada Manusia

Transformasi digital telah menjadi agenda utama bagi banyak organisasi yang ingin tetap relevan dan kompetitif di era modern. Namun, keberhasilan inisiatif transformasi digital tidak hanya bergantung pada adopsi teknologi baru, tetapi juga pada sejauh mana teknologi tersebut dapat diterima dan digunakan secara efektif oleh manusia—baik itu pelanggan maupun karyawan. Di sinilah pengalaman pengguna (UX) memainkan peran fundamental, bertindak sebagai jantung yang memastikan transformasi digital benar-benar berpusat pada manusia [7], [18]. Tanpa fokus yang kuat pada UX, investasi besar dalam teknologi baru berisiko sia-sia, karena sistem yang kompleks dan sulit digunakan akan ditolak oleh penggunanya.

Menempatkan UX di inti transformasi digital berarti menggeser fokus dari sekadar implementasi teknologi menjadi penciptaan nilai bagi pengguna [7]. Ini melibatkan pemahaman mendalam tentang kebutuhan, perilaku, dan titik kesulitan pengguna sebelum solusi digital dirancang dan diterapkan. Dengan pendekatan ini, organisasi dapat memastikan bahwa alat dan platform digital baru tidak hanya canggih secara teknologi, tetapi juga intuitif, efisien, dan menyenangkan untuk digunakan. Hal ini akan mendorong adopsi yang lebih cepat dan pemanfaatan yang lebih maksimal, yang pada akhirnya akan mengarah pada pencapaian tujuan bisnis yang diharapkan dari transformasi tersebut. Misalnya, jika sebuah perusahaan meluncurkan portal pelanggan baru sebagai bagian dari transformasi digitalnya, UX yang buruk akan membuat pelanggan frustrasi dan enggan menggunakannya, sehingga merusak hubungan pelanggan dan gagal mencapai tujuan efisiensi layanan. Sebaliknya, UX yang baik akan meningkatkan kepuasan dan loyalitas pelanggan [5].

Lebih lanjut, UX yang unggul dalam konteks transformasi digital dapat menjadi pembeda kompetitif yang signifikan [18]. Banyak perusahaan menawarkan produk atau layanan yang serupa; namun, pengalaman yang diberikan kepada pengguna bisa menjadi faktor penentu. Organisasi yang memprioritaskan UX dalam setiap aspek transformasi digital mereka akan mampu menciptakan interaksi yang lebih mulus, personal, dan bermakna. Ini tidak hanya meningkatkan kepuasan pengguna tetapi juga membangun persepsi merek yang positif dan mendorong loyalitas jangka panjang. UX yang baik juga dapat memberdayakan karyawan, membuat pekerjaan mereka lebih mudah dan produktif, yang secara tidak langsung juga meningkatkan kualitas layanan kepada pelanggan. Oleh karena itu, mengintegrasikan prinsip-prinsip UX sejak awal dalam strategi transformasi digital bukanlah sekadar pilihan, melainkan sebuah keharusan untuk memastikan bahwa investasi teknologi benar-benar memberikan hasil yang transformatif dan berkelanjutan, dengan manusia sebagai pusatnya [7].

Kesimpulan

Pengalaman Pengguna (UX) secara tak terbantahkan merupakan jantung dari setiap entitas digital yang sukses. Ia melampaui sekadar estetika visual, merasuk ke dalam inti fungsionalitas, kemudahan penggunaan, dan kepuasan emosional yang dirasakan pengguna saat berinteraksi dengan sebuah platform [2], [6]. Dengan memprioritaskan UX, perusahaan tidak hanya mampu memikat pengunjung tetapi juga mempertahankan mereka, mengubah interaksi sesaat menjadi hubungan jangka panjang yang loyal [5], [12]. Kerangka kerja seperti HEART dari Google menyediakan alat ukur yang konkret untuk memantau dan meningkatkan “kesehatan” UX secara berkelanjutan [1].

Pada akhirnya, dalam era transformasi digital yang berpusat pada manusia, UX adalah fondasi yang memastikan teknologi melayani kebutuhan dan aspirasi pengguna, menjadikan setiap interaksi digital lebih bermakna, efisien, dan menyenangkan [7], [18]. Investasi dalam UX adalah investasi dalam masa depan digital yang lebih baik dan lebih manusiawi.

Belum Kenal Ratu AI?

Ratu AI: Gerbang Menuju Konten Berkualitas Tinggi

Ratu AI adalah platform inovatif asal Indonesia yang merevolusi cara Anda membuat konten, baik teks maupun gambar. Kami hadir sebagai solusi cerdas untuk berbagai kebutuhan, mulai dari penulisan artikel, copywriting iklan, hingga pembuatan ilustrasi digital yang menawan. Ratu AI memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan terdepan, didukung oleh beragam arsitektur AI terkini yang memungkinka kami menghasilkan konten dengan kualitas, relevansi dan daya tarik tinggi, melebihi ekspektasi Anda. Dedikasi kami adalah untuk memberikan pengalaman terbaik dalam penciptaan konten, memastikan setiap ide Anda dapat terwujud dengan sempurna dan efisien.

Jangan Tunda Lagi, Raih Potensi Penuh Ratu AI Sekarang!

Waktunya telah tiba untuk melangkah maju dan membawa kualitas konten Anda ke level berikutnya. Kunjungi halaman harga kami di https://app.ratu.ai/ dan temukan paket yang paling sesuai dengan kebutuhan Anda. Dengan Ratu AI, Anda tidak hanya mendapatkan alat, melainkan mitra strategis yang siap membantu Anda mencapai tujuan kreatif dan profesional Anda. Manfaatkan kekuatan AI untuk efisiensi, inovasi, dan hasil yang luar biasa. Daftar sekarang dan mulailah perjalanan Anda menuju kreasi konten tanpa batas bersama Ratu AI!

FAQ

Apa itu Pengalaman Pengguna (UX)?

Pengalaman Pengguna (UX) adalah keseluruhan persepsi dan perasaan seseorang saat menggunakan suatu produk, sistem, atau layanan, yang mencakup kemudahan penggunaan, efisiensi, dan kepuasan emosional [2].

Mengapa UX penting untuk sebuah website atau aplikasi?

UX penting karena secara langsung memengaruhi bagaimana pengguna berinteraksi dan apakah mereka akan kembali. UX yang baik meningkatkan keterlibatan pengguna, mengurangi bounce rate, meningkatkan konversi, dan membangun loyalitas pelanggan, yang semuanya krusial untuk keberhasilan bisnis digital [5], [12].

Apa itu Kerangka Kerja HEART dari Google?

HEART adalah kerangka kerja yang dikembangkan Google untuk mengukur pengalaman pengguna dalam lima kategori: Happiness (Kebahagiaan), Engagement (Keterlibatan), Adoption (Adopsi), Retention (Retensi), dan Task Success (Keberhasilan Tugas). Ini membantu tim memahami dan meningkatkan kualitas UX produk mereka [1], [9].

Bagaimana cara meningkatkan UX suatu produk digital?

Meningkatkan UX melibatkan proses berkelanjutan yang mencakup riset pengguna untuk memahami kebutuhan mereka, desain yang berpusat pada pengguna, pembuatan prototipe, pengujian pengguna secara teratur, dan iterasi berdasarkan umpan balik untuk memastikan produk mudah digunakan, efisien, dan menyenangkan [1], [2].

Referensi

  1. Google’s HEART Framework for Measuring UX | IxDF: https://www.interaction-design.org/literature/article/google-s-heart-framework-for-measuring-ux
  2. What is User Experience (UX) Design? — updated 2025 | IxDF: https://www.interaction-design.org/literature/topics/ux-design
  3. Telehealth UI/UX: How To Create the Best Patient Experience for Virtual Care — American Telemedicine Association ATA: https://ata-nexus.org/telehealth-ui-ux-how-to-create-the-best-patient-experience-for-virtual-care/
  4. UX Metrics Using HEART: https://uxls.org/methods/heart/
  5. User Experience (UX) Design: The Key to Keeping Visitors Engaged – Website Transformation | Alpha360.net: https://alpha360.net/user-experience-ux-design-the-key-to-keeping-visitors-engaged/
  6. The Heart and Soul of the Digital User Experience (UX) – HRW Healthcare Market Research: https://www.hrwhealthcare.com/the-heart-and-soul-of-the-digital-user-experience-ux/
  7. Why UX Should Be at The Heart of Digital Transformation – Compunnel Digital: https://www.compunneldigital.com/blog/why-ux-should-be-at-the-heart-of-digital-transformation/
  8. together, we transform your vision into a visual identity and product experience that captivates users, inspires your team, and sets the standard for competitors: https://heartbeat.ua/
  9. What is the HEART Framework? | Definition and Overview: https://www.productplan.com/glossary/heart-framework/
  10. How Social Media Apps’ UX & UI Are Designed To Engage… And Be Addictive | Komodo Digital: https://www.komododigital.co.uk/insights/how-social-media-apps-ux-ui-are-designed-to-engage-and-be-addictive/
  11. UX is “heart” work. ❤️: https://medium.com/mikewcurtis/ux-is-heart-work-️-5f1b405b54
  12. Why User Experience (UX) is the Heart of Digital Magazine Success: https://www.3dissue.com/why-user-experience-ux-is-the-heart-of-digital-magazine-success/
  13. User Engagement: What It Is & How to Measure (and Improve) It: https://www.hotjar.com/user-engagement/
  14. How to choose the right UX metrics for your product – GV Library: https://library.gv.com/how-to-choose-the-right-ux-metrics-for-your-product-5f46359ab5be
  15. User Experience (UX): The Heart of Web Design – DigiBubble: https://www.digibubble.co.uk/2023/11/user-experience-ux-the-heart-of-web-design/
  16. Google HEART Framework for App UX: CleverTap: https://clevertap.com/blog/google-heart-framework/
  17. How Google measures and improves UX with the HEART framework: https://www.appcues.com/blog/google-improves-user-experience-with-heart-framework
  18. Why UX Need To Be At The Heart Of Your Digital Transformation: https://www.parashifttech.com/blog/why-ux-need-to-be-at-the-heart-of-your-digital-transformation
  19. Dwell Time: The Love Story Between UX and User Engagement | by Anirudh Ramamohan | Bootcamp | Medium: https://medium.com/design-bootcamp/dwell-time-the-love-story-between-ux-and-user-engagement-b174c0f15dc
  20. 6 Incredible UX Design Examples to Inspire You: https://contentsquare.com/guides/ux-design/examples/