Review Buku The Book of Mormon: Another Testament of Jesus Christ Karya Joseph Smith Jr.

Artikel ini dibuat dengan bantuan Ratu AI

Review Buku The Book of Mormon

The Book of Mormon merupakan sebuah kitab suci yang diyakini oleh gereja Yesus Kristus dari Orang-orang Suci Zaman Akhir sebagai kesaksian lain tentang Yesus Kristus, selain Alkitab. Buku ini pertama kali diterbitkan pada tahun 1830 oleh Joseph Smith Jr., yang mengklaim bahwa ia menerjemahkan lemping-lemping emas yang berisi catatan kuno dari peradaban di benua Amerika. Dalam artikel ini, kita akan menelaah lebih dalam mengenai isi dari The Book of Mormon, sejarah penulisannya, serta dampak dan kontroversi yang menyertainya.

Poin-poin Penting

  • The Book of Mormon adalah kitab suci yang diyakini oleh gereja LDS sebagai kesaksian lain tentang Yesus Kristus, diterbitkan pertama kali pada tahun 1830 oleh Joseph Smith Jr. yang mengklaim menerjemahkannya dari lemping-lemping emas berisi catatan kuno dari peradaban di Benua Amerika.
  • Meskipun terdapat kontroversi seputar asal-usul dan otentisitas The Book of Mormon, buku ini telah memainkan peran penting dalam perkembangan dan pertumbuhan gereja LDS, membentuk landasan bagi ajaran, praktik, dan identitas gereja.
  • The Book of Mormon memiliki beberapa persamaan dengan Alkitab, seperti peran sentral Yesus Kristus, pentingnya iman dan pertobatan, serta berfokus pada narasi sejarah dan ajaran rohani, namun juga memiliki perbedaan dalam hal sumber, cakupan geografis dan historis, serta beberapa ajaran yang khas Mormon.
  • Bagi anggota gereja LDS, The Book of Mormon tidak hanya menjadi sumber wawasan teologis, tetapi juga panduan praktis dalam menjalani kehidupan sehari-hari, sementara bagi yang di luar gereja, mempelajari buku ini dapat memberikan pemahaman berharga tentang sejarah, doktrin, dan budaya gereja LDS.

Sejarah Penulisan dan Penerbitan The Book of Mormon

Menurut Joseph Smith Jr., pada tahun 1823 ia didatangi oleh seorang malaikat bernama Moroni yang menunjukkan kepadanya lokasi lemping-lemping emas yang berisi catatan kuno. Lemping-lemping tersebut konon ditulis dalam bahasa yang disebut “Reformed Egyptian” dan memerlukan alat khusus bernama Urim dan Tumim untuk menerjemahkannya. Smith mengklaim bahwa ia menerjemahkan lemping-lemping tersebut selama kurun waktu 1827-1829 dengan bantuan beberapa juru tulis, terutama Oliver Cowdery.

Proses penerjemahan The Book of Mormon tidak lepas dari kontroversi. Beberapa saksi mata menyatakan bahwa Smith mendikte isi buku tersebut sambil melihat ke dalam sebuah batu pelihat (seer stone) yang diletakkan di dalam topi, sementara lemping-lemping emasnya sendiri tidak terlihat. Hal ini menimbulkan keraguan tentang otentisitas lemping-lemping tersebut dan proses penerjemahannya.

Terlepas dari kontroversi tersebut, The Book of Mormon akhirnya diterbitkan untuk pertama kalinya pada Maret 1830 di Palmyra, New York. Buku ini terdiri dari 15 bagian utama yang disebut “buku”, dengan total 114 bab. Edisi pertama buku ini berjumlah 5.000 eksemplar dan dicetak oleh E. B. Grandin.

Sejak saat itu, The Book of Mormon telah mengalami beberapa revisi minor untuk memperbaiki kesalahan gramatikal dan tipografi. Namun, isi dari buku tersebut secara substansial tidak berubah. Gereja Yesus Kristus dari Orang-orang Suci Zaman Akhir (LDS Church) tetap memegang keyakinan bahwa The Book of Mormon adalah firman Allah dan merupakan kesaksian kedua tentang Yesus Kristus.

Meskipun proses penerjemahan dan penerbitan The Book of Mormon masih menyisakan banyak pertanyaan dan perdebatan, tidak dapat dipungkiri bahwa buku ini telah memainkan peran yang sangat penting dalam sejarah dan perkembangan gereja LDS. Bagi para pengikut gereja ini, The Book of Mormon bukan sekadar kitab suci, tetapi juga bukti nyata dari pemulihan gereja yang sejati dan kebenaran ajaran-ajaran yang disampaikan oleh Joseph Smith Jr.

Ringkasan Isi dan Narasi dalam The Book of Mormon

The Book of Mormon menceritakan kisah sejarah dan rohani dari dua kelompok manusia: bangsa Nefi dan bangsa Laman. Menurut buku ini, pada sekitar tahun 600 SM, sebuah keluarga Yahudi yang dipimpin oleh seorang nabi bernama Lehi meninggalkan Yerusalem dan berlayar menuju Benua Amerika. Setelah kematian Lehi, kelompok ini terpecah menjadi dua: mereka yang mengikuti Nefi (bangsa Nefi) dan mereka yang mengikuti Laman (bangsa Laman). Bangsa Nefi digambarkan sebagai kelompok yang saleh dan setia pada Tuhan, sementara bangsa Laman digambarkan sebagai kelompok yang memberontak dan jahat.

Salah satu bagian penting dari The Book of Mormon adalah kisah tentang kunjungan Yesus Kristus ke Benua Amerika setelah kebangkitan-Nya. Menurut buku ini, Kristus menampakkan diri kepada bangsa Nefi, mengajar mereka Injil, dan mendirikan gereja-Nya di antara mereka. Peristiwa ini dianggap sebagai puncak dari narasi dalam The Book of Mormon dan bukti bahwa Yesus Kristus adalah Juruselamat bagi seluruh umat manusia, tidak hanya mereka yang berada di Timur Tengah.

Bagian lain yang penting dari The Book of Mormon adalah kisah tentang Moroni, putra dari Mormon, yang merupakan tokoh utama dalam buku ini. Mormon adalah seorang nabi dan sejarawan yang mengkompilasi catatan-catatan kuno dari bangsa Nefi dan meringkasnya menjadi lemping-lemping emas. Setelah kematian Mormon, Moroni melanjutkan pekerjaan ayahnya dan akhirnya menyegel lemping-lemping tersebut dan menyembunyikannya di bukit Kumora hingga Joseph Smith Jr. menemukannya kembali pada tahun 1823.

Selain narasi sejarah, The Book of Mormon juga berisi banyak ajaran rohani yang mirip dengan yang ditemukan dalam Alkitab. Beberapa tema utama meliputi iman, pertobatan, baptisan, karunia Roh Kudus, dan Penebusan melalui Yesus Kristus. Buku ini juga mengandung beberapa bagian yang merupakan kutipan langsung dari Alkitab, terutama dari kitab Yesaya.

Meskipun struktur dan gayanya mirip dengan Alkitab, The Book of Mormon memiliki beberapa perbedaan penting. Misalnya, buku ini tidak mengandung banyak referensi tentang hukum Taurat seperti yang ditemukan dalam Perjanjian Lama. Selain itu, The Book of Mormon memuat beberapa ajaran yang unik, seperti doktrin tentang tiga tingkatan kemuliaan di akhirat dan pentingnya pernikahan kekal.

The Book of Mormon telah diterjemahkan ke dalam lebih dari 100 bahasa dan dicetak jutaan kopi. Bagi para anggota gereja LDS, buku ini merupakan kesaksian yang kuat tentang Yesus Kristus dan bukti dari kebenaran gereja yang dipulihkan melalui Joseph Smith Jr. Meskipun kontroversial bagi banyak orang di luar gereja, The Book of Mormon tetap menjadi kitab suci yang penting dan berpengaruh dalam sejarah agama Amerika.

Kontroversi Seputar Asal-usul dan Otentisitas The Book of Mormon

Sejak penerbitannya pada tahun 1830, The Book of Mormon telah menjadi subjek perdebatan dan kontroversi. Banyak kritikus mempertanyakan klaim Joseph Smith Jr. tentang asal-usul buku ini dan menuduhnya sebagai penipuan.

Salah satu argumen utama yang diajukan oleh para kritikus adalah kurangnya bukti arkeologis untuk mendukung narasi sejarah dalam The Book of Mormon. Meskipun buku ini menyebutkan adanya peradaban besar dan kota-kota yang maju di Benua Amerika kuno, belum ada penemuan arkeologis yang secara meyakinkan mengkonfirmasi keberadaan peradaban-peradaban ini. Beberapa ahli juga berpendapat bahwa deskripsi tentang tumbuhan, hewan, dan teknologi dalam The Book of Mormon tidak sesuai dengan bukti ilmiah tentang Amerika pra-Columbus.

Kritik lain yang sering diajukan adalah kemiripan antara The Book of Mormon dengan karya sastra lain pada zamannya. Beberapa kritikus berpendapat bahwa Joseph Smith Jr. sebenarnya mengarang buku ini dengan mengadaptasi ide dan tema dari sumber-sumber seperti novel “View of the Hebrews” karya Ethan Smith atau “The Late War” karya Gilbert J. Hunt. Mereka menunjukkan kesamaan dalam plot, nama karakter, dan bahkan frasa-frasa tertentu antara karya-karya ini dan The Book of Mormon.

Perdebatan juga muncul seputar lemping-lemping emas yang diklaim sebagai sumber asli dari The Book of Mormon. Tidak ada bukti material yang tersisa dari lemping-lemping ini, dan beberapa saksi yang awalnya mendukung cerita Joseph Smith Jr. kemudian menarik kesaksian mereka atau memberikan cerita yang kontradiktif. Hal ini menimbulkan keraguan lebih lanjut tentang otentisitas lemping-lemping tersebut.

Terlepas dari berbagai kontroversi ini, gereja LDS tetap berpegang teguh pada keyakinan mereka tentang kebenaran The Book of Mormon. Mereka berpendapat bahwa bukti rohani, melalui kesaksian Roh Kudus, lebih penting daripada bukti ilmiah atau historis. Gereja juga telah berupaya untuk menjawab kritik-kritik ini melalui penelitian dan publikasi yang mendukung klaim mereka.

Meskipun perdebatan tentang asal-usul dan otentisitas The Book of Mormon kemungkinan akan terus berlanjut, penting untuk memahami konteks historis dan agama di mana buku ini muncul. Terlepas dari keyakinan seseorang tentang kebenaran klaim-klaimnya, tidak dapat disangkal bahwa The Book of Mormon telah memainkan peran penting dalam membentuk agama dan budaya Amerika.

Pengaruh The Book of Mormon terhadap Perkembangan Gereja LDS

Penerbitan The Book of Mormon pada tahun 1830 menandai titik awal dari gereja yang dikenal sebagai Gereja Yesus Kristus dari Orang-orang Suci Zaman Akhir (LDS Church). Buku ini menjadi landasan utama bagi ajaran dan praktik gereja, dan keimanan terhadap kebenarannya merupakan syarat keanggotaan yang penting.

Dalam tahun-tahun awal gereja, The Book of Mormon memainkan peran penting dalam menarik dan mempertahankan para pengikut. Buku ini dilihat sebagai bukti dari peran kenabian Joseph Smith Jr. dan pemulihan gereja Yesus Kristus yang sejati. Para misionaris LDS menggunakan The Book of Mormon sebagai alat utama dalam upaya mereka untuk mengabarkan Injil dan mengundang orang-orang untuk bergabung dengan gereja.

Seiring pertumbuhan gereja, The Book of Mormon terus membentuk identitas dan keyakinan para anggotanya. Ajaran-ajaran dalam buku ini, seperti pentingnya iman, pertobatan, dan baptisan, menjadi prinsip-prinsip inti dalam doktrin LDS. Narasi tentang kunjungan Yesus Kristus ke Benua Amerika juga memperkuat keyakinan gereja tentang sifat global dari misi Kristus dan peran gereja dalam rencana keselamatan-Nya.

The Book of Mormon juga mempengaruhi perkembangan kanon tulisan suci LDS. Bersama dengan Alkitab, Doctrine and Covenants, dan Pearl of Great Price, The Book of Mormon membentuk apa yang dikenal sebagai “karya-karya standar” gereja. Keempat kitab ini dianggap sebagai firman Allah dan digunakan sebagai dasar untuk ajaran dan kebijakan gereja.

Pengaruh The Book of Mormon juga terlihat dalam budaya dan praktik sehari-hari para anggota LDS. Gereja mendorong anggotanya untuk membaca dan mempelajari buku ini secara teratur, dan sering menggunakannya dalam khotbah, pelajaran, dan diskusi. Banyak anggota LDS berusaha untuk menghafal bagian-bagian dari The Book of Mormon dan menerapkan ajaran-ajarannya dalam kehidupan mereka.

Meskipun gereja LDS telah mengalami berbagai tantangan dan perubahan sejak penerbitannya, The Book of Mormon tetap menjadi pusat dari iman dan identitas mereka. Gereja terus mempromosikan buku ini sebagai kitab suci yang benar dan menerjemahkannya ke dalam berbagai bahasa untuk menjangkau lebih banyak orang di seluruh dunia.

Singkatnya, The Book of Mormon telah memainkan peran yang tak tergantikan dalam perkembangan dan pertumbuhan gereja LDS. Buku ini bukan hanya sekadar kitab suci, tetapi juga simbol dari identitas, sejarah, dan misi gereja. Terlepas dari kontroversi yang mengelilinginya, tidak dapat disangkal bahwa The Book of Mormon telah membentuk landasan keyakinan dan praktik bagi jutaan anggota gereja LDS di seluruh dunia.

Perbandingan antara The Book of Mormon dan Alkitab

Sebagai kitab suci dalam agama Kristen, Alkitab memiliki persamaan dan perbedaan yang signifikan dengan The Book of Mormon. Memahami hubungan antara kedua kitab ini penting untuk menilai klaim gereja LDS tentang sifat yang saling melengkapi dari keduanya.

Salah satu persamaan utama antara The Book of Mormon dan Alkitab adalah peran sentral Yesus Kristus dalam narasi dan ajaran mereka. Kedua kitab ini menyajikan Kristus sebagai Juruselamat dan Penebus umat manusia, yang mati untuk dosa-dosa dunia dan bangkit kembali pada hari ketiga. Baik Alkitab maupun The Book of Mormon mengajarkan pentingnya iman kepada Kristus, pertobatan, baptisan, dan menaati perintah-perintah Allah.

Namun, ada juga perbedaan penting antara kedua kitab ini. Alkitab terdiri dari 66 kitab yang ditulis oleh berbagai penulis selama lebih dari 1.500 tahun, sementara The Book of Mormon diklaim diterjemahkan dari satu sumber tunggal, yaitu lemping-lemping emas yang ditulis oleh para nabi kuno di Benua Amerika. Alkitab mencakup berbagai genre sastra, seperti sejarah, puisi, dan nubuatan, sementara The Book of Mormon sebagian besar terdiri dari narasi sejarah dan khotbah.

Perbedaan lain terletak pada fokus geografis dan historis dari kedua kitab. Alkitab berpusat pada sejarah Israel dan gereja Kristen awal di Timur Tengah, sementara The Book of Mormon berfokus pada peradaban yang konon ada di Benua Amerika antara tahun 600 SM hingga 400 M. Sementara Alkitab berisi banyak referensi tentang hukum Taurat dan adat istiadat Yahudi, The Book of Mormon hanya memuat sedikit referensi tentang praktik-praktik ini.

Terlepas dari perbedaan-perbedaan ini, gereja LDS melihat The Book of Mormon sebagai pelengkap dan pendukung dari Alkitab. Mereka percaya bahwa kedua kitab ini bersama-sama memberikan kesaksian tentang Yesus Kristus dan rencana keselamatan-Nya bagi umat manusia. Gereja mengajarkan bahwa The Book of Mormon mengklarifikasi dan memulihkan banyak kebenaran yang telah hilang atau diubah dalam Alkitab selama proses transmisi dan terjemahan.

Gereja LDS juga berpendapat bahwa The Book of Mormon memenuhi nubuatan alkitabiah tentang “kitab lain” yang akan muncul (Yehezkiel 37:15-17) dan “Injil yang kekal” yang akan diberitakan oleh seorang malaikat (Wahyu 14:6-7). Mereka melihat keberadaan The Book of Mormon sebagai bukti dari pemulihan gereja Yesus Kristus yang sejati dan peran kenabian Joseph Smith Jr.

Meskipun banyak denominasi Kristen menolak klaim ini dan menganggap The Book of Mormon sebagai tambahan yang tidak sah pada kanon alkitabiah, gereja LDS terus menegaskan pentingnya kedua kitab suci ini dalam membentuk iman dan praktik mereka. Bagi para anggota LDS, Alkitab dan The Book of Mormon berdiri bersama sebagai kesaksian yang saling memperkuat tentang Yesus Kristus dan kasih Allah bagi semua anak-Nya.

Dalam konteks ini, mempelajari persamaan dan perbedaan antara The Book of Mormon dan Alkitab dapat memberikan wawasan tentang keyakinan dan praktik unik gereja LDS, serta hubungannya dengan tradisi Kristen yang lebih luas. Terlepas dari posisi seseorang tentang klaim-klaim ini, perbandingan tersebut menyoroti peran penting yang dimainkan oleh teks-teks suci dalam membentuk identitas dan keyakinan agama.

Tema dan Ajaran Utama dalam The Book of Mormon

The Book of Mormon memuat berbagai tema dan ajaran teologis yang membentuk inti dari keyakinan LDS. Beberapa di antaranya memiliki kesamaan dengan konsep Alkitab, sementara yang lain lebih khas untuk kanon Mormon.

Salah satu tema utama dalam The Book of Mormon adalah pentingnya iman kepada Yesus Kristus. Buku ini menyajikan Kristus sebagai Juruselamat dan Penebus umat manusia, yang melalui Pendamaian-Nya, menyediakan jalan bagi semua orang untuk diselamatkan dari dosa dan memperoleh kehidupan kekal. The Book of Mormon menekankan bahwa hanya melalui iman kepada Kristus dan kepatuhan terhadap perintah-perintah-Nya, seseorang dapat menerima karunia keselamatan.

Tema lain yang menonjol adalah pentingnya pertobatan dan baptisan. The Book of Mormon mengajarkan bahwa untuk menerima pengampunan dosa dan masuk ke dalam kerajaan Allah, seseorang harus bertobat dari dosa-dosanya, dibaptis dengan pencelupan, dan menerima karunia Roh Kudus. Buku ini menyajikan banyak contoh individu dan kelompok yang mengalami transformasi rohani melalui proses ini.

The Book of Mormon juga menekankan peran nabi dan wahyu yang berkelanjutan. Buku ini menceritakan kisah beberapa figur kenabian, seperti Lehi, Nefi, dan Mormon, yang menerima wahyu dari Allah dan memimpin umat mereka berdasarkan petunjuk ilahi. Penekanan pada wahyu yang berkelanjutan ini menjadi dasar bagi keyakinan LDS pada peran kenabian Joseph Smith Jr. dan para pemimpin gereja berikutnya.

Konsep unik lainnya dalam The Book of Mormon termasuk ajaran tentang pra-eksistensi (keberadaan roh sebelum kehidupan fana), tiga tingkat kemuliaan di akhirat, dan pernikahan kekal. Buku ini juga memuat nubuatan tentang kemurtadan gereja Yesus Kristus yang asli dan pemulihan Injil di zaman akhir, yang diyakini oleh gereja LDS telah digenapi melalui Joseph Smith Jr.

Selain ajaran teologis, The Book of Mormon juga menekankan pentingnya nilai-nilai moral seperti kejujuran, kerendahan hati, kesucian seksual, dan pelayanan kepada sesama. Buku ini menyajikan banyak teladan karakter yang saleh yang menghadapi cobaan dan godaan dengan iman dan keteguhan.

Secara keseluruhan, tema dan ajaran dalam The Book of Mormon membentuk landasan doktrin gereja LDS. Bagi para anggota gereja, buku ini bukan hanya sumber wawasan teologis, tetapi juga panduan praktis untuk menjalani kehidupan yang berkenan kepada Allah. Dengan mempelajari dan menerapkan ajaran-ajaran ini, mereka berusaha untuk mendekatkan diri kepada Kristus dan memenuhi tujuan kekal mereka.

Meskipun beberapa tema ini mungkin kontroversial atau asing bagi mereka yang berada di luar tradisi LDS, pemahaman tentang ajaran-ajaran utama The Book of Mormon sangat penting untuk menghargai keyakinan dan praktik gereja ini. Terlepas dari posisi seseorang tentang klaim-klaim ini, tidak dapat disangkal bahwa tema-tema ini telah memainkan peran penting dalam membentuk identitas dan misi LDS selama hampir dua abad.

Kesimpulan

Review Buku The Book of Mormon

Setelah mengkaji berbagai aspek dari The Book of Mormon, jelas bahwa buku ini memiliki signifikansi yang besar bagi gereja LDS dan para anggotanya. Sebagai kitab suci yang diyakini berasal dari catatan kuno para nabi di Benua Amerika, The Book of Mormon berfungsi sebagai kesaksian kedua tentang Yesus Kristus dan pemulihan Injil-Nya di zaman akhir.

Meskipun asal-usul dan otentisitas buku ini tetap menjadi subjek perdebatan dan kontroversi, tidak dapat disangkal bahwa The Book of Mormon telah memainkan peran sentral dalam perkembangan dan pertumbuhan gereja LDS. Ajaran-ajarannya tentang iman, pertobatan, baptisan, dan peran Yesus Kristus sebagai Juruselamat umat manusia membentuk inti dari keyakinan dan praktik Mormon.

Bagi mereka yang berada di luar tradisi LDS, mempelajari The Book of Mormon dapat memberikan wawasan berharga tentang sejarah, doktrin, dan budaya gereja ini. Terlepas dari posisi seseorang tentang klaim-klaimnya, pemahaman tentang peran penting yang dimainkan buku ini dalam membentuk identitas agama dan masyarakat Amerika sangat penting.

Pada akhirnya, signifikansi The Book of Mormon terletak tidak hanya pada isinya, tetapi juga pada dampaknya yang bertahan lama terhadap kehidupan jutaan orang. Bagi para anggota LDS, buku ini tetap menjadi sumber kebenaran ilahi, penghiburan, dan panduan. Bagi yang lain, itu mewakili fascinasi yang abadi dari kisah Amerika tentang iman, wahyu, dan pencarian makna ilahi.

Sebagai bagian dari lanskap agama dan budaya yang lebih luas, The Book of Mormon mengundang kita untuk merenungkan peran teks-teks suci dalam membentuk keyakinan dan identitas kita, serta kekuatan gagasan untuk menginspirasi dan mengubah kehidupan individu dan masyarakat. Terlepas dari tantangan dan kontroversi yang mungkin dihadapinya, warisan The Book of Mormon kemungkinan akan terus mempengaruhi wacana agama dan sosial untuk tahun-tahun mendatang.

Belum Kenal Ratu AI?

Ratu AI hadir sebagai solusi cerdas untuk memenuhi kebutuhan generative teks AI di Indonesia. Dengan memanfaatkan teknologi canggih dan model bahasa yang telah dilatih secara ekstensif, Ratu AI mampu menghasilkan teks berkualitas tinggi dalam bahasa Indonesia dengan pemahaman konteks yang mendalam.

Kemampuan Ratu AI dalam memahami dan merespons berbagai jenis pertanyaan serta menghasilkan teks yang koheren dan relevan menjadikannya sebagai pilihan terdepan bagi mereka yang membutuhkan layanan generative teks AI dalam bahasa Indonesia. Segera daftarkan diri Anda di https://ratu.ai/pricing/ dan rasakan pengalaman generative teks AI terbaik bersama Ratu AI.

FAQ

Apakah The Book of Mormon dimaksudkan untuk menggantikan Alkitab?

Tidak, gereja LDS melihat The Book of Mormon sebagai kesaksian tambahan tentang Yesus Kristus yang melengkapi, bukan menggantikan, Alkitab.

Bagaimana gereja LDS menanggapi kurangnya bukti arkeologis untuk mendukung narasi sejarah dalam The Book of Mormon?

Gereja LDS berpendapat bahwa bukti rohani, melalui kesaksian Roh Kudus, lebih penting daripada bukti arkeologis. Mereka juga telah berupaya untuk menjawab kritik melalui penelitian dan publikasi yang mendukung klaim mereka.

Apakah The Book of Mormon mengajarkan doktrin yang berbeda dari Alkitab?

Meskipun ada banyak kesamaan, The Book of Mormon memang memuat beberapa ajaran yang khas untuk kanon Mormon, seperti pra-eksistensi, tiga tingkat kemuliaan di akhirat, dan pernikahan kekal.

Bagaimana The Book of Mormon mempengaruhi praktik sehari-hari para anggota LDS?

Gereja LDS mendorong anggotanya untuk membaca dan mempelajari The Book of Mormon secara teratur, dan sering menggunakannya dalam khotbah, pelajaran, dan diskusi. Banyak anggota berusaha untuk menghafal bagian-bagian dari buku ini dan menerapkan ajaran-ajarannya dalam kehidupan mereka.