Daftar isi
Margaret Mead adalah seorang antropolog Amerika yang terkenal dengan penelitiannya tentang masyarakat dan budaya di Pasifik Selatan. Ia lahir pada tanggal 16 Desember 1901 di Philadelphia, Pennsylvania, dan meninggal pada tanggal 15 November 1978 di New York City. Mead dikenal karena kontribusinya yang signifikan dalam bidang antropologi budaya, terutama dalam studi tentang perkembangan anak, gender, dan seksualitas. Ia juga dikenal sebagai tokoh publik yang vokal dalam mempromosikan toleransi dan pemahaman antar budaya, berikut biografi Margaret Mead.
Poin-poin Penting
- Margaret Mead adalah seorang antropolog Amerika yang terkenal dengan penelitiannya tentang masyarakat dan budaya di Pasifik Selatan, terutama dalam studi tentang perkembangan anak, gender, dan seksualitas.
- Penelitian Mead di Samoa yang diterbitkan dalam buku “Coming of Age in Samoa” (1928) dan penelitiannya di Nugini yang diterbitkan dalam buku “Sex and Temperament in Three Primitive Societies” (1935) memberikan kontribusi signifikan terhadap pemahaman tentang peran budaya dalam perkembangan manusia dan pembentukan identitas gender.
- Mead dikenal sebagai tokoh publik yang vokal dalam mempromosikan toleransi dan pemahaman antar budaya, serta aktif dalam berbagai organisasi profesional dan sosial, termasuk gerakan feminis dan gerakan kontrakultur di Amerika Serikat.
- Warisan dan pengaruh Mead terus hidup hingga saat ini melalui karya-karyanya yang masih dibaca dan dipelajari secara luas, serta inspirasinya bagi banyak antropolog, pemikir sosial, dan gerakan sosial-budaya yang mempromosikan keragaman dan inklusi.
Masa Kecil dan Pendidikan
Margaret Mead lahir dalam keluarga yang sangat mementingkan pendidikan. Ayahnya, Edward Sherwood Mead, adalah seorang profesor ekonomi di University of Pennsylvania, sementara ibunya, Emily Fogg Mead, adalah seorang sosiolog dan aktivis sosial. Mead tumbuh di lingkungan yang penuh dengan diskusi intelektual dan perdebatan tentang isu-isu sosial dan politik.
Mead menunjukkan minat yang besar terhadap ilmu pengetahuan sejak usia dini. Ia belajar di Buckingham Friends School di Pennsylvania, di mana ia menunjukkan bakat dalam bidang biologi dan antropologi. Setelah lulus sekolah menengah, Mead melanjutkan pendidikannya di DePauw University di Indiana, di mana ia belajar psikologi dan filsafat.
Pada tahun 1923, Mead pindah ke New York City untuk melanjutkan pendidikannya di Barnard College, di mana ia belajar antropologi di bawah bimbingan Franz Boas, seorang pionir dalam bidang antropologi budaya. Boas sangat terkesan dengan kemampuan Mead dan mendorongnya untuk melakukan penelitian lapangan di Pasifik Selatan.
Setelah lulus dari Barnard College pada tahun 1923, Mead melanjutkan pendidikannya di Columbia University, di mana ia memperoleh gelar Master pada tahun 1924 dan gelar Ph.D. pada tahun 1929. Disertasinya, yang berjudul “An Inquiry into the Question of Cultural Stability in Polynesia,” didasarkan pada penelitian lapangannya di Samoa.
Penelitian di Samoa dan Buku “Coming of Age in Samoa”
Pada tahun 1925, Mead melakukan penelitian lapangan pertamanya di Samoa, di mana ia mempelajari kehidupan remaja perempuan Samoa. Penelitiannya berfokus pada bagaimana faktor budaya mempengaruhi perkembangan remaja, terutama dalam hal seksualitas dan peran gender.
Mead menemukan bahwa remaja perempuan Samoa memiliki kebebasan seksual yang lebih besar daripada rekan-rekan mereka di Amerika Serikat. Ia juga menemukan bahwa masyarakat Samoa lebih toleran terhadap perbedaan individu dan kurang menekankan pada konformitas sosial.
Temuan Mead diterbitkan dalam buku “Coming of Age in Samoa” pada tahun 1928. Buku ini menjadi bestseller dan membuat Mead menjadi terkenal di seluruh dunia. Buku ini juga memicu perdebatan yang sengit di kalangan antropolog dan masyarakat umum tentang peran nature vs nurture dalam perkembangan manusia.
Beberapa kritikus mempertanyakan metodologi penelitian Mead dan validitas temuannya. Salah satu kritik yang paling terkenal datang dari antropolog Derek Freeman, yang melakukan penelitian ulang di Samoa pada tahun 1960-an dan menemukan bahwa beberapa informan Mead telah berbohong kepadanya.
Meskipun terjadi perdebatan tentang validitas penelitian Mead di Samoa, tidak dapat disangkal bahwa “Coming of Age in Samoa” telah memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pemahaman kita tentang peran budaya dalam perkembangan manusia. Buku ini juga menginspirasi banyak antropolog lain untuk melakukan penelitian lapangan di berbagai belahan dunia.
Penelitian di Nugini dan Buku “Sex and Temperament in Three Primitive Societies”
Setelah penelitiannya di Samoa, Mead melakukan penelitian lapangan di Nugini pada tahun 1929-1930. Ia mempelajari tiga kelompok masyarakat yang berbeda: Arapesh, Mundugumor, dan Tchambuli.
Mead menemukan bahwa setiap kelompok memiliki pola perilaku gender yang berbeda. Arapesh memiliki masyarakat yang damai dan kooperatif, di mana pria dan wanita memiliki peran yang setara. Mundugumor memiliki masyarakat yang lebih agresif dan kompetitif, di mana pria mendominasi wanita. Sementara itu, Tchambuli memiliki pola perilaku gender yang terbalik, di mana wanita lebih dominan dan agresif daripada pria.
Temuan Mead diterbitkan dalam buku “Sex and Temperament in Three Primitive Societies” pada tahun 1935. Buku ini menantang pandangan bahwa perbedaan gender adalah bawaan dan tidak dapat diubah. Mead berpendapat bahwa peran gender adalah hasil dari kondisi budaya dan dapat bervariasi secara signifikan antara masyarakat yang berbeda.
Buku ini juga memicu perdebatan tentang peran nature vs nurture dalam pembentukan identitas gender. Beberapa kritikus mempertanyakan metodologi penelitian Mead dan validitas temuannya, sementara yang lain memuji kontribusinya terhadap pemahaman kita tentang peran budaya dalam pembentukan identitas gender.
Meskipun terjadi perdebatan tentang validitas penelitian Mead di Nugini, tidak dapat disangkal bahwa “Sex and Temperament in Three Primitive Societies” telah memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pemahaman kita tentang peran budaya dalam pembentukan identitas gender. Buku ini juga menginspirasi banyak peneliti lain untuk mempelajari variasi lintas budaya dalam perilaku gender.
Karir Akademis dan Aktivisme Sosial
Setelah kembali dari penelitian lapangannya di Pasifik Selatan, Mead memulai karir akademisnya sebagai dosen antropologi di beberapa universitas terkemuka di Amerika Serikat, termasuk Columbia University dan New York University.
Selain mengajar, Mead juga aktif dalam berbagai organisasi profesional dan sosial. Ia menjabat sebagai presiden American Anthropological Association pada tahun 1960 dan menjadi anggota National Academy of Sciences pada tahun 1975.
Mead juga dikenal sebagai aktivis sosial yang vokal dalam mempromosikan toleransi dan pemahaman antar budaya. Ia sering berbicara tentang isu-isu seperti hak-hak perempuan, pendidikan seks, dan lingkungan hidup.
Pada tahun 1960-an dan 1970-an, Mead menjadi tokoh penting dalam gerakan kontrakultur di Amerika Serikat. Ia mendukung eksperimen sosial seperti komune dan mendorong orang-orang untuk mempertanyakan nilai-nilai tradisional dan mencari cara hidup alternatif.
Mead juga menjadi penasihat untuk beberapa presiden Amerika Serikat, termasuk Harry S. Truman dan Jimmy Carter. Ia memberikan masukan tentang berbagai isu sosial dan budaya, termasuk pendidikan, keluarga berencana, dan hubungan internasional.
Sepanjang karirnya, Mead menulis lebih dari 20 buku dan ratusan artikel tentang antropologi, psikologi, dan isu-isu sosial. Ia juga sering muncul di media massa, termasuk acara televisi dan radio, untuk mempromosikan pandangannya tentang toleransi dan pemahaman antar budaya.
Warisan dan Pengaruh
Margaret Mead meninggal pada tanggal 15 November 1978 karena kanker pankreas. Ia meninggalkan warisan yang tak terhapuskan dalam bidang antropologi dan pemikiran sosial.
Penelitian Mead tentang peran budaya dalam perkembangan manusia dan pembentukan identitas gender telah memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pemahaman kita tentang keragaman budaya dan perilaku manusia. Meskipun beberapa temuannya telah diperdebatkan, tidak dapat disangkal bahwa ia telah membuka jalan bagi penelitian antropologi yang lebih luas dan inklusif.
Mead juga dikenal karena pendekatannya yang inovatif dalam penelitian lapangan. Ia menggunakan metode observasi partisipan, di mana ia hidup bersama masyarakat yang ditelitinya dan berpartisipasi dalam kehidupan sehari-hari mereka. Pendekatan ini memungkinkan Mead untuk memperoleh pemahaman yang lebih dalam tentang budaya dan perilaku masyarakat yang ditelitinya.
Selain kontribusinya terhadap antropologi, Mead juga dikenal sebagai tokoh publik yang vokal dalam mempromosikan toleransi dan pemahaman antar budaya. Ia sering berbicara tentang pentingnya menghargai keragaman budaya dan menghindari stereotip dan prasangka.
Warisan Mead juga terlihat dalam pengaruhnya terhadap gerakan feminis dan gerakan kontrakultur di Amerika Serikat. Ia mendorong orang-orang untuk mempertanyakan nilai-nilai tradisional tentang gender dan seksualitas, dan mencari cara hidup alternatif yang lebih egaliter dan inklusif.
Hingga saat ini, karya-karya Mead masih dibaca dan dipelajari oleh banyak orang di seluruh dunia. Ia telah menginspirasi banyak antropolog dan pemikir sosial untuk melanjutkan penelitian tentang keragaman budaya dan perilaku manusia, dan untuk mempromosikan toleransi dan pemahaman antar budaya.
Kesimpulan
Margaret Mead adalah seorang antropolog yang luar biasa yang telah memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pemahaman kita tentang keragaman budaya dan perilaku manusia. Penelitiannya tentang peran budaya dalam perkembangan manusia dan pembentukan identitas gender telah membuka jalan bagi penelitian antropologi yang lebih luas dan inklusif. Mead juga dikenal sebagai tokoh publik yang vokal dalam mempromosikan toleransi dan pemahaman antar budaya, dan telah menginspirasi banyak orang untuk mempertanyakan nilai-nilai tradisional dan mencari cara hidup alternatif yang lebih egaliter dan inklusif.
Meskipun beberapa temuan Mead telah diperdebatkan, tidak dapat disangkal bahwa ia telah memberikan kontribusi yang tak terhapuskan terhadap bidang antropologi dan pemikiran sosial. Warisan Mead akan terus hidup melalui karya-karyanya yang masih dibaca dan dipelajari oleh banyak orang di seluruh dunia, dan melalui pengaruhnya terhadap gerakan sosial dan budaya yang terus berlanjut hingga saat ini.
Belum Kenal Ratu AI?
Ratu AI adalah salah satu layanan Generative Teks AI terbaik di Indonesia saat ini. Dengan teknologi terdepan dan berbasis bahasa Indonesia, Ratu AI mampu menghasilkan teks yang natural, kontekstual, dan sesuai dengan kebutuhan pengguna. Segera daftarkan diri Anda di https://ratu.ai/pricing/ dan rasakan pengalaman menulis yang lebih efisien dan produktif bersama Ratu AI.
FAQ
Apa kontribusi utama Margaret Mead terhadap antropologi?
Margaret Mead memberikan kontribusi yang signifikan dalam pemahaman tentang peran budaya dalam perkembangan manusia dan pembentukan identitas gender. Penelitiannya di Samoa dan Nugini menunjukkan bahwa perilaku gender dan seksualitas bervariasi secara lintas budaya dan tidak semata-mata ditentukan oleh faktor biologis.
Mengapa penelitian Mead di Samoa menjadi kontroversial?
Penelitian Mead di Samoa menjadi kontroversial karena beberapa kritikus mempertanyakan validitas temuannya. Salah satu kritik yang paling terkenal datang dari antropolog Derek Freeman, yang melakukan penelitian ulang di Samoa dan menemukan bahwa beberapa informan Mead telah berbohong kepadanya.
Bagaimana pendekatan Mead dalam penelitian lapangan berbeda dengan antropolog lain pada masanya?
Mead menggunakan metode observasi partisipan dalam penelitian lapangannya, di mana ia hidup bersama masyarakat yang ditelitinya dan berpartisipasi dalam kehidupan sehari-hari mereka. Pendekatan ini memungkinkan Mead untuk memperoleh pemahaman yang lebih dalam tentang budaya dan perilaku masyarakat yang ditelitinya, berbeda dengan pendekatan antropolog lain pada masanya yang cenderung lebih objektif dan terpisah dari subjek penelitian.
Bagaimana warisan Mead terus hidup hingga saat ini?
Warisan Mead terus hidup melalui karya-karyanya yang masih dibaca dan dipelajari oleh banyak orang di seluruh dunia, serta melalui pengaruhnya terhadap gerakan sosial dan budaya seperti gerakan feminis dan gerakan kontrakultur di Amerika Serikat. Penelitiannya tentang keragaman budaya dan perilaku manusia juga terus menginspirasi banyak antropolog dan pemikir sosial hingga saat ini.