Biografi Eleanor Roosevelt

Updated,

Artikel ini dibuat dengan bantuan Ratu AI

Biografi Eleanor Roosevelt

Eleanor Roosevelt adalah salah satu tokoh paling berpengaruh dalam sejarah Amerika Serikat. Ia dikenal sebagai First Lady yang aktif dan vokal selama masa kepresidenan suaminya, Franklin D. Roosevelt. Namun, kontribusi Eleanor Roosevelt jauh melampaui perannya sebagai istri presiden. Ia adalah aktivis hak asasi manusia, diplomat, dan penulis yang tak kenal lelah. Dalam biografi Eleanor Roosevelt ini, kita akan menjelajahi kehidupan Eleanor Roosevelt, dari masa kecilnya hingga dampak yang ia tinggalkan pada dunia.

Poin-poin Penting

  • Eleanor Roosevelt adalah seorang aktivis hak asasi manusia, diplomat, dan penulis yang menjadi First Lady Amerika Serikat yang aktif dan vokal selama masa kepresidenan suaminya, Franklin D. Roosevelt.
  • Kontribusi utama Eleanor Roosevelt adalah perannya yang instrumental dalam penyusunan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia sebagai delegasi Amerika Serikat untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
  • Eleanor Roosevelt menetapkan standar baru untuk peran First Lady dengan mengadakan konferensi pers mingguan, menulis kolom surat kabar harian, dan secara vokal mengadvokasi isu-isu sosial dan politik.
  • Warisan dan pengaruh Eleanor Roosevelt terus hidup hingga saat ini melalui berbagai organisasi dan lembaga yang didedikasikan untuk melanjutkan perjuangannya, serta pengakuan dan penghargaan atas prestasinya dalam memperjuangkan keadilan sosial dan hak asasi manusia.

Masa Kecil dan Keluarga

Anna Eleanor Roosevelt lahir pada tanggal 11 Oktober 1884 di New York City. Ia merupakan anak dari Elliott Roosevelt dan Anna Hall Roosevelt. Ayahnya adalah adik dari Theodore Roosevelt, yang kemudian menjadi Presiden Amerika Serikat ke-26. Eleanor tumbuh dalam lingkungan keluarga yang privileged, namun masa kecilnya diwarnai dengan tragedi. Ibunya meninggal karena difteri pada tahun 1892, dan ayahnya, yang mengalami masalah alkoholisme, meninggal dua tahun kemudian.

Setelah kematian orang tuanya, Eleanor diasuh oleh neneknya, Mary Ludlow Hall. Ia menghabiskan sebagian besar masa remajanya di rumah neneknya di Tivoli, New York. Pada usia 15 tahun, Eleanor dikirim ke Allenswood Academy, sebuah sekolah asrama bergengsi di Inggris. Di sana, ia bertemu dengan kepala sekolah, Marie Souvestre, yang menjadi mentor dan teman dekatnya. Marie Souvestre memperkenalkan Eleanor pada ide-ide progresif dan mendorongnya untuk berpikir secara independen.

Setelah lulus dari Allenswood Academy pada tahun 1902, Eleanor kembali ke New York. Ia terlibat dalam kegiatan sosial dan filantropi, termasuk mengajar di sekolah untuk anak-anak pekerja imigran. Pada tahun 1905, Eleanor bertemu dengan sepupunya, Franklin D. Roosevelt, di sebuah pesta dansa. Mereka menikah pada tanggal 17 Maret 1905, dan memiliki enam anak: Anna, James, Franklin (yang meninggal saat bayi), Elliott, Franklin Jr., dan John.

Aktivisme dan Kehidupan Publik Awal

Setelah menikah, Eleanor Roosevelt mulai terlibat dalam kegiatan politik dan sosial. Ia bergabung dengan Liga Konsumen Nasional dan menjadi sekretaris organisasi tersebut pada tahun 1908. Eleanor juga aktif dalam gerakan suffrage wanita dan mendukung amandemen ke-19 yang memberikan hak pilih bagi wanita.

Selama Perang Dunia I, Eleanor terlibat dalam upaya Palang Merah Amerika. Ia mengunjungi rumah sakit militer dan membantu mengumpulkan dana untuk organisasi tersebut. Setelah perang, Eleanor menjadi semakin vokal dalam isu-isu sosial dan politik. Ia menulis untuk majalah dan surat kabar, serta memberikan pidato di depan umum.

Pada tahun 1921, Franklin D. Roosevelt terserang polio dan lumpuh dari pinggang ke bawah. Eleanor memainkan peran penting dalam membantu suaminya pulih secara fisik dan emosional. Ia juga menjadi mata dan telinga Franklin dalam arena politik, menghadiri pertemuan dan memberikan laporan kepadanya.

Ketika Franklin D. Roosevelt terpilih sebagai Gubernur New York pada tahun 1928, Eleanor menjadi First Lady negara bagian. Ia menggunakan posisi ini untuk mempromosikan isu-isu yang ia perjuangkan, seperti reformasi penjara dan hak-hak pekerja. Eleanor juga menjadi tuan rumah acara sosial dan menerima tamu-tamu penting di Mansion Eksekutif.

Peran sebagai First Lady Amerika Serikat

Pada tahun 1933, Franklin D. Roosevelt dilantik sebagai Presiden Amerika Serikat, dan Eleanor Roosevelt menjadi First Lady. Ia dengan cepat menetapkan dirinya sebagai First Lady yang berbeda dari pendahulunya. Eleanor mengadakan konferensi pers mingguan khusus untuk wartawati perempuan, yang saat itu sering diabaikan dalam dunia jurnalisme yang didominasi pria. Ia juga menulis kolom surat kabar harian berjudul “My Day”, yang membahas berbagai topik mulai dari kehidupan sehari-hari di Gedung Putih hingga isu-isu sosial dan politik yang penting.

Selama masa jabatannya sebagai First Lady, Eleanor Roosevelt menjadi advokat vokal untuk isu-isu hak sipil. Ia mendukung undang-undang anti-lynching dan mendesak agar ada tindakan federal untuk mengatasi diskriminasi rasial. Pada tahun 1939, Eleanor mengundang Marian Anderson, penyanyi opera Afrika-Amerika yang terkenal, untuk tampil di Gedung Putih setelah Anderson ditolak tampil di Constitution Hall karena warna kulitnya.

Eleanor Roosevelt juga memainkan peran penting dalam program New Deal suaminya. Ia bepergian ke seluruh negeri untuk mengunjungi proyek-proyek Works Progress Administration (WPA) dan Civilian Conservation Corps (CCC), serta bertemu dengan warga Amerika dari berbagai latar belakang. Eleanor melaporkan temuannya kepada Franklin dan membantu membentuk kebijakan pemerintah.

Selama Perang Dunia II, Eleanor Roosevelt terus menjadi figur publik yang menonjol. Ia mengunjungi pasukan Amerika di luar negeri dan bekerja untuk meningkatkan semangat di front rumah. Eleanor juga memperjuangkan hak-hak pekerja pertahanan perempuan dan minoritas ras, memastikan bahwa mereka menerima upah yang setara dan perlakuan yang adil.

Kehidupan Pasca-Gedung Putih

Setelah kematian Franklin D. Roosevelt pada tahun 1945, Eleanor Roosevelt tetap menjadi tokoh publik yang aktif. Presiden Harry S. Truman menunjuk Eleanor sebagai delegasi Amerika Serikat untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Ia memainkan peran instrumental dalam penyusunan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia, yang diadopsi oleh Majelis Umum PBB pada tahun 1948.

Eleanor Roosevelt terus berjuang untuk hak-hak sipil dan kesetaraan ras di tahun-tahun pasca-perang. Ia mendukung gerakan hak-hak sipil yang sedang berkembang dan menjadi kritikus vokal terhadap segregasi dan diskriminasi rasial. Pada tahun 1961, Presiden John F. Kennedy menunjuk Eleanor sebagai ketua Komisi Hak Asasi Manusia Amerika Serikat.

Di tahun-tahun terakhir hidupnya, Eleanor Roosevelt tetap aktif dalam kegiatan sosial dan politik. Ia menulis buku, memberikan pidato, dan muncul di acara televisi. Eleanor meninggal pada tanggal 7 November 1962 di usia 78 tahun, meninggalkan warisan yang tak terhapuskan sebagai salah satu tokoh paling berpengaruh dalam sejarah Amerika.

Warisan dan Pengaruh

Warisan Eleanor Roosevelt terus hidup jauh setelah kematiannya. Ia dikenang sebagai tokoh yang tak kenal lelah dalam memperjuangkan keadilan sosial, hak asasi manusia, dan kesetaraan. Aktivisme dan kepemimpinannya menginspirasi generasi aktivis dan pemimpin politik, termasuk mendiang Senator Edward Kennedy dan mantan Ibu Negara Hillary Clinton.

Banyak prestasi dan kontribusi Eleanor Roosevelt yang terus dikenang hingga hari ini. Pada tahun 1968, ia dianugerahi penghargaan United Nations Human Rights Prize secara anumerta atas perannya dalam penyusunan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia. Pada tahun 1998, majalah Time menamai Eleanor Roosevelt sebagai salah satu dari 100 orang paling berpengaruh di abad ke-20.

Warisan Eleanor Roosevelt juga hidup melalui berbagai organisasi dan lembaga yang didedikasikan untuk melanjutkan perjuangannya. Roosevelt Institute, sebuah think tank progresif, didirikan pada tahun 1987 untuk melestarikan warisan Franklin dan Eleanor Roosevelt. Val-Kill, rumah pedesaan Eleanor di Hyde Park, New York, sekarang menjadi National Historic Site yang dikelola oleh National Park Service.

Kesimpulan

Biografi Eleanor Roosevelt

Eleanor Roosevelt adalah sosok yang luar biasa dalam sejarah Amerika Serikat. Ia mengatasi tragedi pribadi di masa mudanya untuk menjadi salah satu tokoh paling berpengaruh di abad ke-20. Sebagai First Lady, Eleanor menetapkan standar baru untuk peran tersebut, menggunakan platform-nya untuk memperjuangkan keadilan sosial dan hak asasi manusia.

Namun, pengaruh Eleanor Roosevelt melampaui masa jabatannya sebagai First Lady. Ia terus menjadi kekuatan untuk perubahan positif di tahun-tahun setelah kematian suaminya, berjuang tanpa lelah untuk hak-hak sipil, kesetaraan ras, dan martabat manusia. Warisan Eleanor Roosevelt terus menginspirasi kita hingga hari ini, mengingatkan kita pada kekuatan satu individu untuk membuat perbedaan di dunia.

Belum Kenal Ratu AI?

Ratu AI merupakan layanan generative teks AI terbaik di Indonesia. Dengan teknologi AI terdepan dan dataset bahasa Indonesia yang luas, Ratu AI mampu menghasilkan teks yang alami, koheren, dan relevan untuk berbagai kebutuhan, mulai dari penulisan artikel, pembuatan konten media sosial, hingga pembuatan laporan dan presentasi. Layanan Ratu AI mudah digunakan dan dapat membantu meningkatkan produktivitas dan efisiensi dalam pekerjaan sehari-hari Anda. Untuk mendapatkan pengalaman terbaik dalam menggunakan teknologi AI untuk generasi teks, segera daftarkan diri Anda di https://ratu.ai/pricing/.

FAQ

Apa kontribusi terbesar Eleanor Roosevelt terhadap hak asasi manusia?

Eleanor Roosevelt memainkan peran kunci dalam penyusunan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia sebagai delegasi Amerika Serikat untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Dokumen bersejarah ini, yang diadopsi oleh Majelis Umum PBB pada tahun 1948, menetapkan hak-hak dasar yang melekat pada semua manusia, terlepas dari ras, jenis kelamin, kebangsaan, etnis, bahasa, agama, atau status lainnya.

Bagaimana Eleanor Roosevelt mengubah peran First Lady?

Eleanor Roosevelt menetapkan standar baru untuk peran First Lady. Ia adalah First Lady pertama yang mengadakan konferensi pers secara teratur, menulis kolom surat kabar harian, dan secara vokal mengadvokasi isu-isu sosial dan politik. Melalui aktivisme dan keterlibatannya, Eleanor memperluas lingkup dan pengaruh peran First Lady.

Apa pengaruh Eleanor Roosevelt terhadap gerakan hak-hak sipil?

Eleanor Roosevelt adalah pendukung vokal hak-hak sipil dan kesetaraan ras. Selama masa jabatannya sebagai First Lady, ia memperjuangkan undang-undang anti-lynching dan mendesak tindakan federal untuk mengatasi diskriminasi rasial. Di tahun-tahun setelah Perang Dunia II, Eleanor terus mendukung gerakan hak-hak sipil yang sedang berkembang dan menjadi kritikus vokal terhadap segregasi dan diskriminasi.

Bagaimana warisan Eleanor Roosevelt terus dikenang saat ini?

Warisan Eleanor Roosevelt terus dikenang melalui berbagai cara. Banyak sekolah, jalan, dan taman yang dinamai menurut dirinya. Roosevelt Institute, sebuah think tank progresif, didedikasikan untuk melestarikan warisan Eleanor dan suaminya, Franklin D. Roosevelt. Rumah pedesaannya di Val-Kill, New York, sekarang menjadi National Historic Site. Selain itu, prestasi dan kontribusi Eleanor Roosevelt terus diajarkan dan dipelajari oleh generasi baru aktivis dan pemimpin.